24 Nov 2009

Resensi Dongeng Semusim




Resensi Novel Dongeng Semusim
Judul: Dongeng Semusim
Penulis:Sefryana Khairil
Penerbit:Gagas Media
Tebal:257 Halaman
Terbit: Jakarta,2009

Mengelola Kehidupan Rumah Tangga

Memiliki Pasangan hidup adalah impian setiap orang.Sebab akan hampa jika tidak memiliki pasangan hidup.Ibarat kata,istilahnya hidup harus saling melengkapi.Bukan hanya sebelum menikah biasanya seseorang dihadapi masalah.Tapi setelah berumah tangga pun kecenderungan untuk memiliki masalah itu,ada.Jadi sebelum dan sesudah harus pintar mengelola masalah supaya dapat ada solusinya.

Untuk mengetahui kehidupan drumah tangga,Dongen Semusim mengulas permasalahan yang sedang dihadapi Nabil, seorang Pria yang sayang istri,tetapi belum siap dengan perubahan perubahan yang terjadi seketika jika hidup berdua pasangannya.Dan memperlihatkan karakter Sarah,seorang istri yang telah dikecewakan suami,si pria baik pilihan hati.Namun akhirnya luluh dengan rasa cinta yang membaara,juga kenangan indahnya kehidupan sebelum menghadapi masalah.

Novel ini detail memberi gambaran kehidupan realita rumah tangga, dan bagaimana menyikapinya.Untuk yang penasaran,dan ingin tahu bagaimana menghadapi masalah dengan pasangan,dapat mengambil pelajaran dari kisah ini

7 Nov 2009

"Budi Kecil"

“Budi Kecil”
Oleh: D.L. Alfirazi


Aku sedang dalam perjalanan menuju kampus.Namun Perjalanan siang ini begitu panas rasanya.Matahari terlihat begitu terik diluar sana.AC yng dinyalakan dalam mobil ini rasanya kurang dingin.Dalam kegerahan,aku melihat seorang anak jalanan sedang menangis dipojokan lampu merah.Matanya meratap sedih.Aku pun terdiam memperhatikannya dari balik kaca mobil."Kasian ujarku dalam hati." Dalam hitungan detik,kuputuskan untuk menyuruh pak sopir memberhentikan mobil.Aku pun menghampirinya.

Anak berkaos merah kucal tersebut bernama Budi.Saat kudekati,si Budi menutup sebagian mukanya dengan telapak tangannya.Mungkin ia malu pikirku.Agak lama ia menyesuaikan diri dengan kedatangan orang baru didekatnya.Perlahan ia melirikku.Melepaskan kedua telapak tangannya,seraya menatapku lekat-lekat.Budi kecil tak peduli ada bekas ingus dikaos yang ia pakai. Ia mencoba tersenyum padaku..

Budi melantunkan satu buah lagu yang mengalir dari gitar kecil ditangannya. Senyumnya mengembang mengiringi petikan gitar. Kemudian kami berbincang sejenak tentang ini dan itu. Budi ternyata sering melihat teman-teman jalanannya yang lebih senior bermain gitar,ia juga suka ikut-ikutan mereka ngamen dibus ujarnya. Dan akhirnya ia berani pegang gitar sendiri,kemudian langganan naik turun bus,atau sebatas ngamen dipinggir jalan saat lampu merah.

Ibunya dua bulan silam meninggal dunia. Bapaknya telah lama pergi.Ia pun tak sempat mengenal sang ayah. Ia pun sebatang kara. Kini ia tinggal dengan tetangganya.Ia ingin sekali mengumpulkan uang,untuk biaya sekolahnya. Setiap hari ia mengamen.Selain itu,ia selalu menyempatkan diri untuk mampir ketempat pembuangan sampah, berharap menemukan buku bergambar yang masih bagus, kemudian ia simpan dan sampai dirumah, minta ajari tetangga yang sudah ia anggap seperti keluarganya sendiri. Namun kini ia teringat akan orangtuanya yng telah tiada.Ternyata itulah alasan Budi mengapa menangis.

“Sekarang saya harus tetap bekerja kak, saya harus mendapat penghasilan tetap “
“Iya, kamu tidak boleh patah semangat ya,ujarku kepadanya.”


Aku pun tertegun. Budi ini bukan satu-satunya orang yang kehilangannya atas kematian Orangtua. Beberapa hari yang lalu disurat kabar harian umum ada berita gempa bumi disalah satu daerah pedalaman. Aku pun berfikir, dalam korban gempa juga terdapat anak- anak yang sama nasibnya dengan Budi. Dia kehilangan orangtua, tetangga, bahkan rumah yang dihuni.

Selain itu pun ada juga yang kehilangan ibu semasa masih bayi,karena ditinggal mati ibunya saat melahirkan, atau ada juga yang ditinggal orangtuanya karena kecelakaan, Dunia selalu berputar.Biarpun ada yang kurang salah seorang dari keluarga kita, namun kita tidak oleh putus asa. Sejak hari itu Aku pun sering bertemu Budi.Dan Aku menyadari bahwa keadaan aku lebih baik dari si Budi.Aku harus bersyukur bahwa orangtuaku masih ada. Apa yang dilakukan Budi,tidak dilakukanku. Aku selalu dapat uang jajan tiap harinya.Untuk menginginkan sesuatu tinggal minta kepada orangtua, mau makan tinggal buka tudung saji yang ada dimeja makan.Ya Tuhan, semoga Budi kecil akan senang berteman denganku.Dan Semoga Aku pun biasa membantunya supaya bisa sekolah.

Pelajaran berharga yang didapat dari si Budi, Ia mau belajar gitar.padahal tak pernah diajarkan orang lain. Tapi Ia ada kemauan dan belajar dari kawan-kawannya.

“Tetap Semangat Budi kecil,pesanku dalam selembar surat yang kutitipkan Sopir pribadiku.”

“Semoga dihari pahlawan ini, kamu masih teru semangat belajar dan tidak putus asa menggampai masa depan cerahmu.Salam, dari Kak Alfi.Saat ini Kakak sedang menempuh ujian kelulusan kuliah, dan untuk beberapa waktu mungkin kita belum bias bertemu dulu.Kakak yakin kini kamu sudah lancar membaca, juga menulis.Dan bagaimana kabar petikan-petikan gitarmu?? …Kakak kangen mendengarnya.Semoga tambah banyak lagu-lagu yang dihapal ya.”


NB:tanggal 23/11/2009 "Aku tahu cerita anak ini dimuat"
ponselku berkilau,tandanya ad sms masuk.Namun aku sedang menggunakan kalkulatornya.Dan tak kuhiraukan.Setelah beberapa menit,baru sadar jika ada pesan masuk.akhirnya kubaca,isinya seperti ini:"jeng diova,udah tau belum kalo cerita anakny dimuat dlampost.tgl 22 nov"
Pengirim:Tukul Flexi.
Alhamdulilah seraya aku terpesona bahwa tulisan ringan itu dimuat.Padahal kukira tak dimuat.karena targetnya itu cerita dimuat pas hari pahlawan.Tapi sayang dcek by situs lampungpost hasilnya nihil.Dan saya pun minta tolong teman diLampung untuk menyimpankan korannya.